Yahya bin Syaraf An-Nawawiy Penanya Setajam Pedang

Yahya, nama kecil beliau, lahir di kota Nawa pada pertengahan bulan Muharram tahun 631 H. Saat beumur 10 tahun, Yahya tidak disukai teman-temannya. Dia dikucilkan. Karenanya dia sibuk membaca al-Qur’an. Saat oang tuanya menyuruhnya untuk menjaga toko pun dia tetap serius mengkaji dan menghapal al-Qur’an. Saat mencapai usia baligh, dia sudah hapal al-Qur’an.
Setiap hari Yahya remaja mempelajari 12 pelajaran. Dua pelajaran al-wasith, satu untuk al-maadzdzab, satu Shahih Muslim, satu al-lamh (Nahwu), satu Islahul Manthiq Ibnu Sikkit (bahasa), satu dalam tashrif, satu dalam asma’ rijal, dan satu ushuluddin. Yahya belajar kepada banyak guru.
Yahya tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Siang, malam, dan di manapun, jika ada kesempatan, dia mengulang pelajaran yang sudah didapatkan atau menelaah kitab. Selama 6 tahun di melakukan yang demikian itu.
Setelah itu Yahya mulai membagi waktunya untuk aktivitas-aktivitas lainnya: mengajar, al-amru bil ma’ruf dan an-nayi ‘anil mungkar. Dan amal-amal lainnya.
Saat berumur 34 tahun, yahya diangkat sebagai Syaikh Darul Hadits al-Asyrafiyah menggantikan imam Abu Syamah. Yahya menjadi Syaikh Darul Hadits sampai tua dan ajal menjemputnya. Yahya atau Abu Zakariya an-Nawawiy wafat di Damaskus pada 24 Rajab 676 H.
Dalam menghadapi penguasa yang zalim, jika tidak secara langsung menghadap untuk mengingkarinya, beliau menulis surat. Sala satu surat yang beliau kirimkan untuk Amir Badruddin, salah satu gubenur Sultan azh-Zhahir at-Turkiy pena dibalas dengan surat yang pedas sehingga para ulama yang mendukung beliau untuk menulis surat jadi ketar-ketir. Namun beliau tetap tegar. Beliau menulis sepucuk surat lagi yang menunjukkan keberpihakannya kepada kebenaran. Di antara isi surat yang lebih panjang lagi dari surat yang pertama tesebut berbunyi “Ancaman, pukulan, atau apapun tidak menyurutkan motivasi saya untuk memberi nasihat kepada Sultan. Saya yakin, itu adalah kewajiban bagi saya dan bagi orang lain. Apa pun yang menjadi konsekuensinya adalah kebaikan yang datang dari Allah…”
Semoga ada di antara kita yang berpena tajam seperti pena Yahya Asy-Syaraf an-Nawawiy, atau yang lebih kita kenal dengan nama Imam an-Nawawiy.
Maraji’: Majalah ar-Risalah Edisi 80 Th. VII

0 komentar:

Posting Komentar